Rupiah Terus Terperosok, Trader Awasi Dampak Pemilu AS Terhadap Pasar

Market13 Dilihat

Jakarta, economicnoise.com – Mata uang rupiah terus mengalami tekanan dalam perdagangan Senin, 28 Oktober 2024. Menurut Ibrahim Assuaibi, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, banyak trader lebih memilih dolar AS sebagai langkah berjaga-jaga menghadapi Pemilu AS yang semakin dekat. Dalam perdagangan terbaru, rupiah kembali terdepresiasi hingga 80,5 poin, berakhir di level Rp 15.727 per dolar AS, setelah sebelumnya sempat menyentuh penurunan 100 poin dari posisi Rp 15.645,5.

“Lonjakan permintaan terhadap dolar AS juga disebabkan ketidakpastian politik di Jepang, setelah partai berkuasa yang dipimpin Partai Demokrat Liberal kehilangan dominasi di parlemen,” ungkap Ibrahim dalam catatannya.

Ketegangan geopolitik pun mempengaruhi pasar global, terutama setelah konflik Timur Tengah mereda seiring keputusan Israel yang tidak menyerang fasilitas minyak Iran, meskipun ancaman balasan dari Iran masih membayangi.

Selain itu, ketidakpastian pemilu presiden AS juga membuat investor cenderung memburu aset safe haven. Persaingan ketat antara Donald Trump dan Kamala Harris dalam berbagai jajak pendapat menambah ketidakstabilan pasar.

Pekan ini, pasar global akan mencermati data ekonomi penting, termasuk Produk Domestik Bruto (PDB) AS dan Zona Euro. Selain itu, indeks harga PCE yang menjadi indikator inflasi pilihan The Fed juga akan dirilis, memberi lebih banyak petunjuk pada kebijakan moneter.

Dari sisi internal, pemerintah menghadapi tantangan berat pada 2025 dalam memenuhi jatuh tempo utang, termasuk beban burden sharing bersama Bank Indonesia selama masa pandemi. Berdasarkan laporan BPK, Surat Berharga Negara (SBN) yang diterbitkan melalui SKB II dengan nilai Rp 100 triliun akan jatuh tempo pada tahun tersebut.

Secara keseluruhan, profil jatuh tempo utang pemerintah pada 2025 mencapai Rp 800,33 triliun, yang terdiri dari SBN senilai Rp 705,5 triliun dan pinjaman Rp 94,83 triliun. Ini menjadi tugas berat bagi pemerintah yang harus menyeimbangkan anggaran di tengah tantangan ekonomi.

Ibrahim memperkirakan bahwa nilai tukar rupiah tetap fluktuatif, dengan potensi bergerak dalam kisaran Rp 15.710 hingga Rp 15.810 pada perdagangan esok hari.