JAKARTA, economicnoise.com – Dalam 24 jam terakhir, pasar kripto menunjukkan tren positif, dengan harga Bitcoin mengalami kenaikan. Namun, lonjakan ini tidak sebanding dengan yang terjadi di Wall Street dan emas. Apa yang menyebabkan hal ini?
Menurut data dari Coinmarketcap per Sabtu (19/10/2024) pukul 10.10 WIB, kapitalisasi pasar kripto global meningkat 0,83% menjadi US$ 2,35 triliun. Bitcoin (BTC), yang memiliki kapitalisasi pasar terbesar, tercatat menguat 0,76% dalam periode yang sama, dengan harga saat ini mencapai US$ 68.560 per koin, atau setara dengan Rp 1,06 miliar (kurs Rp 15.474).
Ethereum (ETH) juga mengalami kenaikan, mencapai US$ 2.667 per koin dengan peningkatan 1%. Sementara Binance (BNB) naik sebesar 0,71% dan kini dibanderol seharga US$ 600 per koin.
Dari laporan Coindesk, Bitcoin (BTC) telah mencatat lonjakan sebesar 8% dalam minggu ini, melampaui performa emas dan indeks S&P 500. Meskipun demikian, harga Bitcoin masih di bawah rekor tertingginya, sementara emas dan S&P 500 berhasil mencatat rekor baru.
Emas saat ini berada di atas US$ 2.718, dengan kenaikan 32% sepanjang 2024, yang menjadikannya tahun dengan performa terbaik sejak 2010. Di sisi lain, indeks S&P 500 telah mencatat kenaikan sekitar 23% sepanjang tahun ini. Sementara itu, Bitcoin telah meningkat lebih dari 50% sejak awal tahun, meskipun belum mencapai rekor tertingginya yang sebesar US$ 73.700 pada bulan Maret lalu.
Salah satu faktor yang menjelaskan mengapa Bitcoin belum kembali ke rekor tertingginya adalah kenaikan yang terlalu cepat sebelumnya. Pada Maret, harga Bitcoin meroket hampir lima kali lipat dalam rentang 14 bulan, dengan lonjakan hampir dua kali lipat hanya dalam sepuluh minggu pertama tahun ini.
Selain itu, tekanan jual paksa memengaruhi harga Bitcoin selama musim panas, di mana pemerintah Jerman melepas Bitcoin hasil sitaan, dan trustee Mt. Gox mulai mengembalikan token kepada pemiliknya. Aktivitas perdagangan Bitcoin yang berlangsung 24/7 juga menjadikannya lebih rentan terhadap volatilitas dan likuidasi besar-besaran yang menekan harga di bawah nilai wajar.
Meskipun terdapat tekanan jual, sejumlah data menunjukkan tanda-tanda akumulasi dari berbagai kelompok investor. Data dari Glassnode menunjukkan bahwa investor kecil yang memiliki kurang dari satu Bitcoin, serta investor besar yang dikenal sebagai ‘whales’ dengan kepemilikan antara 1.000 hingga 10.000 Bitcoin, telah aktif mengumpulkan Bitcoin dalam sebulan terakhir.
Beberapa faktor dapat menjadi pendorong bagi Bitcoin untuk mencapai rekor baru, seperti potensi penurunan suku bunga lebih lanjut dari bank sentral di Barat, meningkatnya dukungan untuk kandidat pro-kripto Donald Trump, dan arus masuk yang lebih tinggi ke produk investasi Bitcoin seperti ETP.
Satu pemicu positif yang mungkin diabaikan adalah trenn pelemahan yen Jepang. Data terkini menunjukkan inflasi utama di Jepang melambat menjadi 2,5%, yang dapat menjadi indikasi bahwa Bank of Japan mungkin akan menahan diri dari kenaikan suku bunga lebih lanjut. Yen yang melemah ke level terendah sejak awal Agustus dapat memberikan dorongan positif bagi aset berisiko seperti Bitcoin.
Dalam lima tahun terakhir, Bitcoin telah melonjak lebih dari 1.000% terhadap yen Jepang, sementara emas hanya mengalami kenaikan 150% terhadap yen. Namun, baik Bitcoin maupun emas menunjukkan kenaikan yang lebih kecil terhadap mata uang utama lainnya seperti dolar AS, euro, dan poundsterling.
Dengan berbagai faktor yang mendukung, nampaknya rekor baru untuk Bitcoin hanya tinggal menunggu waktu.